BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-qur’an
dan hadits merupakan dasar hukum umat muslim, pedoman utama dalam memberikan
tuntunan berprilaku bagi umat Islam. Segala bentuk tata pelaksanaan kehidupan
manusia di dunia ini harus berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits, sebagai umat islam sangat dianjurkan untuk belajar
membaca dan memahami Al-Qur’an agar kita dapat hidup dijalan yang benar.
Begitu
pentingnya kita sebagai umat islam untuk membaca dan memahami Al-Qur’an,
kemampuan ini harus dibiasakan dengan baik sejak dini karena kemampuan akan
terasah dengan baik jika telah dimulai sejak dini. Anak-anak usia Madrasah
Ibtidaiyah adalah usia yang paling baik untuk menanamkan kemampuan membaca
Al-Qur’an dan Hadits, untuk itu pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits di Madrasah
Ibtidaiyah sangatlah penting. Agar anak-anak dapat membaca Al-Qur’an dan
memiliki pemahaman bahwa mampu membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik
merupakan hal terpenting dalam ajaran Islam.
Pembelajaran
Al-Qur’an dan Hadits sangatlah penting agar anak dapat membaca Al-Qur’an dengan
baik maka diperlukan evaluasi dalam pembelajaran agar dapat mengetahui
kemampuan anak dalam belajar Al-Qur’an dan Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penilaian
Dalam setiap proses belajar ada tiga
factor yang perlu dipahami oleh seorang guru, yaitu metode evaluasi, cara
belajar dan tujuan pembelajaran. Dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK) dibedakan
antara penilaian (assessment) dan
penilaian (evaluation). Assessment merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar
siswa, dan mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai tujuan
pendidikan. Evaluation adalah
kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu system pendidikan
secara kesuluruhan, termasuk kurikulum, assessment,
pelaksanaannya, pengelolaannya dan lain-lain.[1]
Seorang guru perlu memahami metode
evaluasi dan penilaian. Yang dimaksudkan dengan metode evaluasi yaitu cara-cara
evaluasi yang digunakan oleh seorang guru agar memperoleh informasi yang
diperlukan. Dari pemahaman bermacam-macam metode evaluasi tersebut, kemudian
dipilih yang paling tepat untuk dapat diterapkan kepada para siswa.
Tugas guru dalam elakukan evaluasi
dan penilaian adalah membantu siswa dalam mencapai tujuan dari pendidikan yang
telah ditetapkan, maka seorangguru perlu bertindak secara aktif dalam membantu
setiap langkah dalam proses pembelajaran.
Menurut
wandt and Brown (1977), penilaian adalah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.[2]
Penilaian
merupakan proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil
belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis unjuk kerja
atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait.[3]
Dapat
disimpulkan bahwa penilaian merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi
hasil belajar untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
Dalam
pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits terdapat dua penilaian yaitu:
1. Penilaian
proses
Bentuk evaluasi
yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran materi
memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits adalah dengan teknik untuk kerja, untuk
mengetahui seberapa bagus pemahaman siswa terhadap kandungan Al-Qur’an dan
Hadits yang telah dipelajari.
2. Penilaian
hasil
Bentuk evaluasi
untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat untuk materi pembelajaran
memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits adalah tes obyektif dan subyektif
dengan teknik lisan atau tulis. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan
siswa dalam memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits serta sikap mereka setelah
menguasai cara memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu
dibutuhkan latihan-latihan yang bisa membantu siswa untuk menguasai materi ini
dengan lebih baik.[4]
B.
Syarat Penilaian
Suatu
penilaian perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang
kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Penilaian yang baik harus
memiliki syarat sebagai berikut:
a. Valid
menurut Gronlund (1985) dapat diartikan sebagai ketetapan interpretasi yang
dihasilkan dari skor tes atau instrument penilaian.
b. Terpercaya
artinya harus menjamin konsistensi.
c. Mendidik,
artinya harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian belajar siswa,
dapat memotivasi siswa untuk lebih maju.
d. Berorientasi
pada kompetensi, artinya harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud
dalam kurikulum.
e. Adil
dan objektif.
f. Terbuka,
artinya kriteria dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi
semua pihak.
g. Menyeluruh,
artinya dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur, mencakup ranah
kognitif, ranah afektif dan psikomotorik.
h. Berkesinambugan,
artinya dilakukan secara berencana,
bertahap dan terus menerus.
i.
Bermakna dan praktis, artinya mudah
dipahami, berguna dan dapat ditindak lanjuti.[5]
C.
Tujuan Penilaian
Tujuan dilakukan
penilaian, pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Menentukan
hasil kemajuan belajar murid, antara lain sebagai penentuan kenaikan kelas,
kelulusan dan laporan kepada orang tua murid.
b. Memperbaiki
umpan balik (feedback) kepada guru
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar selanjutnya. Misalnya
memperbaiki cara mengajar agar murid lebih berhasil.
c. Menempatkan
murid dalam situasi belajar mengajar secara tepat sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki.
d. Mengenal
latar belakang psikologis dan lingkungan murid terutama yang mengalami
kesulitan belajar untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai perbaikan/pembimbingan
terhadap murid tersebut [6]
D.
Fungsi Penilaian
Penilaian
memiliki sejumlah fungsi di dalam proses belajar mengajar yaitu:
a.
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan
serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatanbelajar
selama jangka jangka waktu tertentu.
b.
Sebagai sarana umpan balik bagi seorang
guru, yang bersumber dari siswa.
c.
Untuk mengetahui keberhasilan program
pengajaran
d.
Untuk keperluan pengembangan dan
perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
e.
Sebagai laporan hasil belajar kepada
orang tua siswa.
Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indicator. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penilaian, antara lain:
a.
Penilaian diarahkan untuk mengukur
pencapaian kompetensi
b.
Penilaian menggunakan criteria, yaitu
berdasarkan apa yang dilakukan peserta didik setelah proses pembelajaran.
c.
System yang dilakukan adalah sistem
pennilaian yang berkelanjutan.
d.
Hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut, yang berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
e.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan
pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
E. Kriteria
Penilaian
Kriteria
yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain:
1.
Penilaian dapat dilakukan melalui tes
atau non tes.
2.
Penilaian harus mencakup tiga aspek
kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap.
3.
Menggunakan berbagai cara penilaian pada
waktu kegiatan belajar sedang berlansung, misalnya observasi, memberikan tes,
mengamati hasil kerja siswa, dan lain-lain.
4.
Pemilihan alat dan jenis penilaian
berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran.
5.
Mengacu pada tujuan dan fungsi
penilaian, misalnya untuk kenaikan kelas.
6.
Alat penilaian harus mendorong kemampuan
penalaran dan kreativitas siswa, misalnya tes uraian, dan lain-lain.
7.
Mengacu pada prinsip diferensiasi, yakni
memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang
dipahami dan mampu dilakukannya.
8.
Tidak bersifat diskriminasi.[7]
F. Jenis-jenis
Evaluasi dalam pembelajaran Al-quran
Hadits
Jenis-jenis
evaluasi dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Penilaian formatif, yaitu penilaian yang
dilakukan pada setiap akhir pembelajaran, berfungsi sebagai umpan balik bagi
guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2.
Penilaian sumatif, yaitu penilaian yang
dilakukan tiap semester, berfungsi untuk menentukan hasil belajar murid dalam
tahap-tahap tertentu.
3.
Penilaian penempetan
Dalam system baru yang kini banyak
dipopulerkan, adalah system belajar sendiri. System belajar sendiri dapat
dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik dalam bentuk modul
maupun paket belajar yang lain. Sebagai pertimbangan dari timbulnya system ini
adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual.
Setiap murid lahirnya telah membawa bakat
masing-masing sehingga pelajaran akan lebih efektif bila disesuaikan dengan
pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan
tenaga, pendidikan bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan.
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pemelajaran
kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang murid
harus ditempatkan, digunakan penilaian. Sekelompok murid yang mempunyai hasil
penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok belajar yang sama. Penilaian
ini berfungsi untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat.[8]
4.
Penilaian diagnose
Berfungsi untuk memecahkan masalah atau
kesulitan belajar siswa. Apabila alat penilaian yang digunakan dalam penilaian
cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kelemahan murid. Disamping itu, diketahui pula sebab kelemahan itu.
Menurut Popham, bahwa penilaian dapat
memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran murid. Dengan
mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada murid tentang
kebaikan dan kelemahannya. Dengan mengetahui sebab-sebab kelemahan ini, akan
lebih mudah menemukan cara untuk menguasai.
G. Merencanakan
Evaluasi
Dalam merencanakan evaluasi, pertama kali
yang harus menjadi titik perhatian adalah bahwa cara dan alat evaluasi itu
ditentukan oleh isi TIK (tujuan instruksional khusus). TIK yang dirumuskan
dengan benar pasti dapat menunjukkan cara dan alat evaluasi yang efektif dan
efisien. TIK itu berisi salah satu dari tiga kemungkinan: mengenai pemahaman
(kognitif), penerimaan (sikap, afektif), dan keterampilan (psikomotor). Karena
itu tesnya pun harus sesuai dengan isi itu: tes pengetahuan, tes sikap dengan skala
sikap, tes keterampilan dengan tes tindakan (performance test).
Hal lain yang harus diperhatikan ialah
luasnya tujuan (bahan) yang akan dievaluasi ada bermacam-macam. Tes untuk
mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan dicapai setelah setiap kali
mengajar adalah tes yang paling sempit cakupannya. Tes ini disebut dengan
istilah posttest atau tes akhir.
Kegunaan tes ini terutama ialah untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki lesson plan. Dalam hal ini hasil
tes tersebut dijadikan umpan balik (feedback ) dalam meningkatkan mutu
pengajaran. Patokan yang digunakan adalah bila nilai yang diperoleh siswa
paling rendah rata-rata 75 dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah
60, maka lesson plan itu dianggap tidak perlu direvisi.
Kadang-kadang pelaksanaan posttest
memerlukan waktu yang cukup banyak. Karena itu secara keseluruhan tes tersebut
akan terlalu banyak menggunakan waktu. Bila program akan terganggu karena itu,
maka posttest tidak usah ditujukan kepada seluruh siswa. Posttest dapat
ditujukan kepada sebagian siswa saja sebagai sample dengan teknik rondom . Dari
tes terhadap sampel ini kita akan memperoleh nilai rata-rata yang diperoleh
siswa. Angka rata-rata ini hanya digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan
lesson plan.
Penilaian
yang pasti digunakan untuk angka rapor ialah tes akhir bulan, yang mencakup
bahan yang agak luas, kira-kira isi empat lesson plan. Tes ini ( juga tes
harian ) disebut tes formatif. Sama dengan tes lainnya tes ini ditujukan kepada
seluruh daerah binaan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penilaian yang cakupannya lebih luas
adalah tes sumatif. Tes ini mengukur penguasaan bahan pengajaran sejak awal
kurikulum yang bersangkutan sampai dengan pengajaran terakhir yang dipelajari.
Misalnya, siswa kita kelas III MI akhir tahun, maka bahan tesnya adalah
bagian-bagian penting bahan pelajaran kelas I, II, dan III. Ujian akhir kelas
VI MI bahannya adalah bagian penting pengajaran kelas I sampai dengan kelas VI.
Pada tes sumatif daerah pengujian biasanya hanya mencakup aspek kognitif dan
afektif; tes ditujukan kepada seluruh siswa, bukan kepada sampel. Nilai akhir
ditentukan dengan cara menjumlahkan rata-rata nilai tes formatif (bulanan)
ditambah dengan nilai tes sumatif kemudian dibagi dua atau (Mf+S):2. Mf adalah
rata-rata tes formatif; S adalah nilai sumatif.
Nilai akhir ini digunakan untuk mengisi
rapor, nilai kenaikan kelas, atau digunakan untuk nilai dalam ijazah. Bila
nilai dari posttest ikut digunakan dalam menentukan nilai akhir maka nilai yang
diambil adalah nilai harian individu, dengan menggunakan operasi sebagai
berikut: Nilai rata-rata harian ditambah dengan rata-rata formatif , lalu
dibagi dua atau
(Mp+Mf):2+S)
2
Mp adalah rata-rata posttest
Mf adalah rata-rata tes formatif
S adalah tes sumatif
Konsep utama dalam hal evaluasi adalah
bahwa evaluasi haruslah terus menerus dan menyeluruh. Terus menerus diterapkan
dalam bentuk menyelenggarakan tes harian (posttest), tes bulanan (formatif),
dan tes akhir program (tes sumatif), menyeluruh diterapkan dengan
menyelenggarakan pengetesan yang ditujukan kepada seluruh daerah binaan (kognitif,
afektif, dan psikomotor), psikomotor itu mencakup aspek keterampilan melakukan
dan melakukannya dalam kehidupan (pengalaman).
Jadi pengalaman itu termasuk daerah
psikomotor; namun dapat juga merupakan bagian dari aspek afektif, bahkan dapat
pula termasuk cakupan aspek kognitif. Termasuk bagian manapun aspek pengalaman
itu, yang sudah pasti aspek pengamalan ajaran harus dibina oleh pendidik dan arena
itu juga harus dievaluasi.
·
Tahap –tahap perencanaan evaluasi hasil
belajar
Perencanaan evaluasi hasil belajar umumnya
mencakup enam jenis kegiatan, yaitu:
a. Merumuskan
tujuan dilaksanakannya evaluasi
Misalnya dalam mata pelajaran Al-qur’an
hadits
TIK: siswa dapat menuliskan ayat Al-qur’an
yang mengharamkan babi
TIK: siswa dapat menerjemahkan ayat
Al-qur’an yang mengharamkan babi.
b. Menetapkan
aspek-aspek yang akan dievaluasi
Aspek
kognitif: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan penilaian.
Aspek afektif: menerima,
menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati.
Aspek psikomotor: menirukan,
memanipulasi, pengalamiahan dan artikulasi.
c.
Memilih dan menentukan teknik yang akan
digunakan dalam pelaksanaan evaluasi,
teknik evaluasi dapat berupa teknik tes dan non tes.
d.
Menyusun
alat-alat pengukur yang akan digunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik.
e.
Menentukan tolak ukur atau kriteria yang
akan dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap
data hasil evaluasi.
f. Menentukan
frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar.
Frekuensi
yang dimaksud adalah waktu yang dipersiapkan untuk menyelesaikan suatu soal.
Misalnya siswa MI kelas 4 diberi 5 soal uraian tentang sejarah kelahiran Nabi
Muhammad saw, dalam waktu 20 menit, jadi diperkirakan waktu yang digunakan
untuk mengerjakan satu soal adalah 4 menit.
H.
Metode Penilaian dalam Pembelajaran
Al-quran Hadits
Metode
penilaian disekolah dalam pembelajaran Al-quran Hadits dapat berbentuk, antara
lain:
a. Tes
tulis
Penilaian ini digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi quran hadits.
b. Penilaian
kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan siuasi dimana
peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian
pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai mcam konteks.[9]
Penilaian kinerja dapat diarahkan pada kemampuan mengemukakan pendapat,
kemampuan bekerja sama, partisipasi dalam diskusi, kemampuan menanggapi
masalah.
c. Portofolio
merupakan kumpulan atau bekas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi
suatu penilaian. Misalnya penilaian yang ditujukan untuk mengukur kemampuan
kreatifitas dibidang seni kaligrafi.
d. Sikap
/ performen bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi pembelajaran dan sebagai feedback pengembangan pembelajaran.
Misalnya penilaian ini dapat
dilakukan pada waktu siswa melaksanakan pembacaan Al-quran (cara membacanya,
duduknya, dan sebagainya).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
suatu pembelajaran, evaluasi sangat penting untuk dilakukan karena untuk
mengetahui keberhasilan atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Seorang guru
hendaknya harus menguasai tahap-tahap evaluasi agar tercapainya tujuan
pembelajaran yang optimal.
Pada umumnya, untuk menilai hasil
belajar siswa disekolah, guru mempergunakan bermacam-macam bantuk. Akan tetapi
obserfasi memegang peranan penting sebagai alat evaluasi.
Penilaian dapat membantu guru untuk
menggambarkan sejauh mana murid telah menguasai kompetensi, dan penghargaan
atas apa yang telah murid kerjakan, mengevaluasi hasil belajar murid,
menentukan kesulitn belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan
murid dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah murid
perlu mengikuti remedial atau pengayaan, dan membantu guru membuat pertimbangan
administrasi dan akademis, terutama terkait metode mengajar yang tepat dan
efektif.
[1]
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran
Nilai-Nilai Karakter, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Hal. 234
[2] Mulyadi,
Evaluasi Pendidikan, Malang:
UIN-Maliki Press, 2010. Hal. 1
[3]
Sutarjo Adisusilo, Op.cit, hal. 235
[4]
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan
Hadits, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009. Hal. 240-241
[5]
Sutarjo Adisusilo, Op.cit. hal. 236
[6]
Mulyadi, Op.cit. hal. 11
[7]
Sutarjo Adisusilo, Op. cit. hal. 241
[8]
Mulyadi, Op.cit. hal. 12
[9]
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Hal. 200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar