Selasa, 11 April 2017

makalah perkembangan kognitif siswa kelas rendah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai seorang guru sangat perlu memahami perkembangan peserta didik tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosio emosional dan bermuara pada perkembangan intelektual, perkembangan fisik dan perkembangan sosial mempunyai hubungan yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau mental ataupun perkembangan kognitif siswa. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik sangat di perlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan.
Suasana yang kondusif akan menciptakan proses belajar yang akan lebih mudah diterima oleh peserta didik. Dan seorang guru akan lebih mudah untuk mentransfer ilmu pada peserta didiknya.
Peserta didik kelas 1, 2, dan 3 merupakan subjek yang perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Usia mereka berada pada rentangan usia lima sampai dengan sembilan tahun. Pada fase usia ini hampir seluruh aspek perkembangan kecerdasan, misalnya IQ, EQ, dan SQ sedang bertumbuh dan berkembang. Biasanya tingkat perkembangan pada anak tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh (holistik) dan hanya mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan kognitif anak kelas rendah?
2.      Bagaimana konsep pembelajaran kelas rendah?
C.    Tujuan
1.      Mampu memahami fase perkembangan kognitif anak kelas rendah.
2.      Mampu memahami konsep pembelajaran kelas rendah.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Kognitif Anak Kelas Rendah
Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan, karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya. Menurut Piaget, setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif).[1]
Menurut piaget, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu system konsep yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi, yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya.[2] Kedua proses tersebut jika berlangsung terus-menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu anak secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya.
Table tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget[3]
Tahap
Perkiraan Usia
Kemampuan-kemampuan Utama
Sensorimotor
0-2 tahun
Terbentuknya konsep “kepermanenan objek”dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.
Pra-operasional
2-7 tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.
Operasional konkret
7-11 tahun
Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
Operasi formal
11tahun-dewasa
Pemikiran  abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

Dilihat dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan kognitif anak – anak  usia sekolah dasar berada pada tahap Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek  peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini  seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Untuk perkembangan kognitif anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan variasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Pada tahapan ini, tingkah laku anak yang mulai tampak, yaitu:
1.      Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
2.      Anak mulai berpikir secara operasional
3.      Anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda
4.      Anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat
5.      Anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan dan berat.[4]
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
1.      Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.
2.      Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
3.      Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.

B.     Konsep Pembelajaran Kelas Rendah
Konsep pembelajaran di kelas rendah harus sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Dimana anak kelas rendah itu termasuk pada tahapan operasional konkrit. Konsep pembelajaran di kelas rendah memiliki 4 ciri, yaitu:
1.      Konkret
Konkret artinya proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak.[5]
2.      Integratif
Integratif berarti memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan dan terpadu.[6]
3.      Hierarkis
Hierarkis adalah berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Dengan demikian, perlu diperhatikan urutan logis, keterkaitan antar materi pelajaran , dan cakupan keluasan materi.[7]
4.      menyenangkan atau bermain
Bagi anak bermain merupakan sesuatu yang serius tetapi mengasikan dan merupakan suatu kebutuhan bagi anak. Dengan merancang pembelajaran untuk dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya. Sehingga bahan materi yang dipelajari akan cepat dipahami oleh siswa.[8]
Dilihat dari ciri di atas, model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah adalah sebagai berikut:
1.      Model pembelajaran dengan pendekatan induktif
Pendekatan ini dikembangkan oleh pilosopis Perancis bernama Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil kesimpulan. Pada abad pertengahan, system induktif ini disebut juga dogmatif, artinya langsung mempercayai begitu saja tanpa berfikir rasional.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatat induktif dijelaskan sebagai berikut:
a.       Guru memilih kpnsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
b.      Guru menyajikan conto-cotoh khusus, prinsip, aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.
c.       Guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan
d.      Guru menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah terdahulu.
e.       Menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
2.      Model pembelajaran dengan pendekatan deduktif
Model ini merupakan model dengan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Hal ini berbeda dengan pendekatan induktif yang dari khusus ke umum.
Langkah langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut:
a.       Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.
b.      Guru menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya
c.       Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengab aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok
d.      .Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.
3.      Model ekspositori
Model ini merupakan suatu model dengan pendekatan yang menekankan pada interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini terjadi komunikasi satu arah yaitu dari guru kesiswa sehingga guru jauh lebih aktif dari pada siswa. Guru banyak berbicara untuk menginformasikan bahan ajar kapada siswa, sementara siswa sebagai objek. Siswa menerima apa yang diceramahkan guru dan sambil mendengarkan penjelasannya siswa menulis apa yang diperintahkan guru, atau yang dianggap penting. Model pembelajaran ekspositori lebih tepat diterapkan pada siswa kelas satu atau kelas rendah. Guru menggunakan system satu arah karena anak kelas satu SD cenderung pasif. Mereka baru mampu menerima ceramah dari guru saja tapi belum mampu memberi umpan balik, lebih-lebih jika guru sudah mempersiapkan semuanya sehingga siswa sudah nyaman dan tertegun dengan penjelasan gurunya.
Secar umum langkah-langkah pembelajaran ekspositori dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Guru menyiapka materi dan perlengkapan lain yang akan disampaikan.
b.      Apersepsi dengan sedikit mengulangi pelajaran yang lalu
c.       Setelah itu guru menyampaikan konsep-konsep materi
d.      Guru yang kreatif akan menyiapkan perlengkapan yang mendukung seperti gambar, kaset, dan yang lain disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
e.       Guru mulai mengadakan pembelajaran, model ini yang aktif adalah guru lebih-lebih untuk siswa SD kelas satu atau dua, anak masih malu-malu dan takut sehingga pembelajaran tampak satu arah.
f.       Guru menyimpulkan, menegaskan dan menyetel kaset yang sesuai dan memberi tindak lanjut
4.      Model pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang senada atau over laping, kemudian dikemas menjadi tema yang akan dibahas dalam suatu pembalajaran . Ada sepuluh macam pembelajaran terpadu namun di sini akan disajikan tiga macam model pembelajaran.
a.       Model webbed (jaring laba-laba)
Disini guru memilih tema yang sama atau hampir sama pada bidang studi yang berbeda.


b.      Model terpadu connected      
Dalam model pembelajaran ini keterhubungan guru perlu memiliki keterampilan untuk memilih tofik materi yang cenderung sama atau over laping dalam satu mata pelajaran.
c.       Model terpadu integrated
Marilah kita mencoba model integrated dengan memilih tema seperti mengenal pentingnya alam seperti dunia tumbuhan dan hewan. Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti halnya dunia tumbuhan dan hewan akan sangat bermakna jika dikatkan dengan kehidupan anak sehari-hari, baik dirumah, sekolah, maupun masyarakat.
Langkah-langkah pembelajaran model terpadu integrated sebagai berikut:
1)      Guru menentukan salah satu tema dari mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema-tema pada mata pelajaran lain.
2)      Guru mencari tema – tema dari mata pelajaran lain yang memiliki makna yang sama.
3)      Guru memandukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi satu tema besar.
4)      Guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep bebrapa mamta pelajaran. Dalam pembelajaran terpadu guru perlu menentukan lebih banyak indikator dari pada yang model lainnya.
5)      Guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.[9]



BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
1.      Perkembangan Kognitif Anak Kelas Rendah.
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini  seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Untuk perkembangan kognitif anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan variasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
2.      Konsep Pembelajaran di Kelas Rendah
Konsep pembelajaran di kelas rendah memiliki 4 ciri, yaitu: konkret, integratif, hierarkis, menyenangkan atau bermain.
3.      Model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah
a.       Model pembelajaran dengan pendekatan induktif
b.      Model pembelajaran dengan pendekatan deduktif
c.       Model Ekspositori
d.      Model pembelajaran Terpadu





[1] Trianto ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/KTI), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), cet.2, h. 250
[2] Ibid., h. 251                                                                   
[3] Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), cet.3, h.
[4] Trianto ibnu Badar al-Tabany, Op.Cit., h. 251
[5] Ibid.
[6] Ibid., h. 252
[7] Ibid.
[8] Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: Indeks, 2008), cet.2, h.21
[9] Diary Linda, Model Pembelajaran yang Baik di Kelas Rendah, http://lindaajja.wordpress.com/2011/09/29/model-pembelajaran-yang-baik-di-kelas-rendah/, diakses pada Jum’at 24 Februari 2017 pukul 17.00.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan       : MI Islamiyah Ciwaru Kelas/semester : I ( satu ) / I (satu) Tema/...