BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai seorang guru sangat perlu memahami perkembangan peserta didik
tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosio emosional dan bermuara
pada perkembangan intelektual, perkembangan fisik dan perkembangan sosial
mempunyai hubungan yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau mental
ataupun perkembangan kognitif siswa. Pemahaman terhadap perkembangan peserta
didik sangat di perlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan
dilaksanakan.
Suasana yang kondusif akan
menciptakan proses belajar yang akan lebih mudah diterima oleh peserta didik.
Dan seorang guru akan lebih mudah untuk mentransfer ilmu pada peserta didiknya.
Peserta didik kelas 1, 2, dan 3
merupakan subjek yang perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Usia mereka
berada pada rentangan usia lima sampai dengan sembilan tahun. Pada fase usia
ini hampir seluruh aspek perkembangan kecerdasan, misalnya IQ, EQ, dan SQ
sedang bertumbuh dan berkembang. Biasanya tingkat perkembangan pada anak tersebut
merupakan suatu kesatuan yang utuh (holistik) dan hanya mampu memahami hubungan
antara konsep secara sederhana.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
perkembangan kognitif anak kelas rendah?
2.
Bagaimana
konsep pembelajaran kelas rendah?
C.
Tujuan
1.
Mampu memahami fase
perkembangan kognitif anak kelas rendah.
2.
Mampu memahami
konsep pembelajaran kelas rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Kognitif Anak Kelas Rendah
Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan, karena memang proses
belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan
dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif).[1]
Menurut piaget, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut
schemata, yaitu system konsep yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman
tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi, yaitu
menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan
akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk
menafsirkan objek yang dilihatnya.[2]
Kedua proses tersebut jika berlangsung terus-menerus akan membuat pengetahuan
lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu anak secara
bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan di
sekitarnya.
Table
tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget[3]
|
Tahap
|
Perkiraan Usia
|
Kemampuan-kemampuan Utama
|
|
Sensorimotor
|
0-2
tahun
|
Terbentuknya konsep “kepermanenan objek”dan kemajuan gradual dari
perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.
|
|
Pra-operasional
|
2-7 tahun
|
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol untuk menyatakan
objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.
|
|
Operasional konkret
|
7-11 tahun
|
Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis.
Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi yang dapat balik.
Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak
begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
|
|
Operasi formal
|
11tahun-dewasa
|
Pemikiran abstrak dan
murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui
penggunaan eksperimentasi sistematis.
|
Dilihat dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan
kognitif anak – anak usia sekolah dasar berada pada tahap Operasional Konkrit
(Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan
pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung
pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak
lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak
berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir
anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir
anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya
ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium
belajar.
Anak yang berada di kelas awal SD
adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan
masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting
bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Untuk
perkembangan kognitif anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya
dalam melakukan variasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan
tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab
akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Pada tahapan ini, tingkah laku anak yang mulai tampak, yaitu:
1.
Anak mulai
memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain
secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
2.
Anak mulai
berpikir secara operasional
3.
Anak mampu
mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda
4.
Anak dapat
membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan prinsip ilmiah sederhana
dan mempergunakan hubungan sebab akibat
5.
Anak dapat
memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan dan
berat.[4]
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam
proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
1. Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak
memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda
atau keadaan yang lain.
2. Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui
hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
3. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda
yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula
untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut
ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang
memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri
bertindak secara nyata.
B. Konsep Pembelajaran Kelas Rendah
Konsep pembelajaran di kelas rendah harus sesuai
dengan perkembangan kognitif anak. Dimana anak kelas rendah itu termasuk pada
tahapan operasional konkrit. Konsep pembelajaran di kelas rendah memiliki 4
ciri, yaitu:
1. Konkret
Konkret artinya proses belajar beranjak dari hal-hal
yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, diotak-atik,
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang
dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang
berkualitas bagi anak.[5]
2. Integratif
Integratif berarti memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan dan terpadu.[6]
3. Hierarkis
Hierarkis adalah berkembang secara bertahap mulai dari
hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Dengan demikian, perlu
diperhatikan urutan logis, keterkaitan antar materi pelajaran , dan cakupan
keluasan materi.[7]
4. menyenangkan atau bermain
Bagi anak bermain merupakan sesuatu yang serius tetapi
mengasikan dan merupakan suatu kebutuhan bagi anak. Dengan merancang
pembelajaran untuk dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan
tuntutan taraf perkembangannya. Sehingga bahan materi yang dipelajari akan
cepat dipahami oleh siswa.[8]
Dilihat dari ciri di atas, model pembelajaran yang
bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran dengan pendekatan induktif
Pendekatan ini dikembangkan oleh pilosopis Perancis
bernama Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta
yang konkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil
kesimpulan. Pada abad pertengahan, system induktif ini disebut juga dogmatif, artinya
langsung mempercayai begitu saja tanpa berfikir rasional.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model
pembelajaran dengan pendekatat induktif dijelaskan sebagai berikut:
a. Guru memilih kpnsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif.
b. Guru menyajikan conto-cotoh khusus, prinsip, aturan yang memungkinkan siswa
memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.
c. Guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
mengangkat perkiraan
d. Guru menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti
berdasarkan langkah-langkah terdahulu.
e. Menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan
dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
2. Model pembelajaran dengan pendekatan deduktif
Model ini merupakan model dengan pendekatan yang
mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Hal ini berbeda dengan pendekatan
induktif yang dari khusus ke umum.
Langkah langkah yang dapat ditempuh dalam model
pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut:
a. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.
b. Guru menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum, lengkap dengan definisi
dan contoh-contohnya
c. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan
antara keadaan khusus dengab aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang
cocok
d. .Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.
3. Model ekspositori
Model ini merupakan suatu model dengan pendekatan yang
menekankan pada interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini terjadi
komunikasi satu arah yaitu dari guru kesiswa sehingga guru jauh lebih aktif
dari pada siswa. Guru banyak berbicara untuk menginformasikan bahan ajar kapada
siswa, sementara siswa sebagai objek. Siswa menerima apa yang diceramahkan guru
dan sambil mendengarkan penjelasannya siswa menulis apa yang diperintahkan
guru, atau yang dianggap penting. Model pembelajaran ekspositori lebih tepat
diterapkan pada siswa kelas satu atau kelas rendah. Guru menggunakan system
satu arah karena anak kelas satu SD cenderung pasif. Mereka baru mampu menerima
ceramah dari guru saja tapi belum mampu memberi umpan balik, lebih-lebih jika
guru sudah mempersiapkan semuanya sehingga siswa sudah nyaman dan tertegun
dengan penjelasan gurunya.
Secar umum langkah-langkah pembelajaran ekspositori
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Guru menyiapka materi dan perlengkapan lain yang akan disampaikan.
b. Apersepsi dengan sedikit mengulangi pelajaran yang lalu
c. Setelah itu guru menyampaikan konsep-konsep materi
d. Guru yang kreatif akan menyiapkan perlengkapan yang mendukung seperti
gambar, kaset, dan yang lain disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
e. Guru mulai mengadakan pembelajaran, model ini yang aktif adalah guru
lebih-lebih untuk siswa SD kelas satu atau dua, anak masih malu-malu dan takut
sehingga pembelajaran tampak satu arah.
f. Guru menyimpulkan, menegaskan dan menyetel kaset yang sesuai dan memberi
tindak lanjut
4. Model pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran
yang mengkaitkan tema-tema yang senada atau over laping, kemudian
dikemas menjadi tema yang akan dibahas dalam suatu pembalajaran . Ada sepuluh
macam pembelajaran terpadu namun di sini akan disajikan tiga macam model
pembelajaran.
a. Model webbed (jaring laba-laba)
Disini guru memilih tema yang sama atau hampir sama
pada bidang studi yang berbeda.
b. Model terpadu connected
Dalam model pembelajaran ini keterhubungan guru perlu
memiliki keterampilan untuk memilih tofik materi yang cenderung sama atau over
laping dalam satu mata pelajaran.
c. Model terpadu integrated
Marilah kita mencoba model integrated dengan memilih
tema seperti mengenal pentingnya alam seperti dunia tumbuhan dan hewan.
Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti halnya dunia tumbuhan dan hewan
akan sangat bermakna jika dikatkan dengan kehidupan anak sehari-hari, baik
dirumah, sekolah, maupun masyarakat.
Langkah-langkah pembelajaran model terpadu integrated
sebagai berikut:
1) Guru menentukan salah satu tema dari mata pelajaran yang akan dipadukan
dengan tema-tema pada mata pelajaran lain.
2) Guru mencari tema – tema dari mata pelajaran lain yang memiliki makna yang
sama.
3) Guru memandukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi
satu tema besar.
4) Guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep bebrapa mamta
pelajaran. Dalam pembelajaran terpadu guru perlu menentukan lebih banyak indikator
dari pada yang model lainnya.
5) Guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini biasanya
memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.[9]
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1. Perkembangan Kognitif Anak Kelas Rendah.
Anak yang
berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan
masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa
ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan
berkembang secara optimal. Untuk perkembangan kognitif anak usia kelas awal SD
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan variasi, mengelompokkan obyek,
berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang
berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan
waktu.
2. Konsep
Pembelajaran di Kelas Rendah
Konsep pembelajaran di kelas rendah memiliki 4 ciri,
yaitu: konkret, integratif, hierarkis, menyenangkan atau bermain.
3. Model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah
a. Model pembelajaran dengan pendekatan induktif
b. Model pembelajaran dengan pendekatan deduktif
c. Model Ekspositori
d. Model pembelajaran Terpadu
[1] Trianto ibnu
Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum 2013
(Kurikulum Tematik Integratif/KTI), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),
cet.2, h. 250
[2] Ibid., h. 251
[3] Rusman, Model-Model
Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), cet.3, h.
[4] Trianto ibnu
Badar al-Tabany, Op.Cit., h. 251
[5] Ibid.
[6] Ibid., h. 252
[7] Ibid.
[8] Conny
Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar,
(Jakarta: Indeks, 2008), cet.2, h.21
[9] Diary Linda, Model
Pembelajaran yang Baik di Kelas Rendah, http://lindaajja.wordpress.com/2011/09/29/model-pembelajaran-yang-baik-di-kelas-rendah/, diakses pada
Jum’at 24 Februari 2017 pukul 17.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar