Minggu, 09 April 2017

laporan observasi ABK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Observasi  
Observasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik dan tingkah dan keunikan yang dimiliki setiap peserta didik khususunya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dalam hal ini saya selaku mahasiswa PGMI melakukan observasi di Sekolah Khusus Madani Kota Serang  untuk memenuhi tugas dalam bentuk laporan observasi pembelajaran di kelas khususnya mata kuliah Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Laporan hasil observasi ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan adanya observasi ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar di Sekolah untuk anak berkebutuhan Khusus dan kita juga dapat mengetahui tingkah laku dan keunikan yang terdapat pada setiap Anak Berkebutuhan Khusus dengan berbagai latar belakang secara langsung. Kemudian kita sebagai seorang calon guru tentunya berharap dapat mengetahui dan memberikan tindakan yang sesuai jika dikemudian hari ketika kita mengajar terdapat peserta didik kita yang memerlukan bimbingan Khusus karena kelainan yang dideritanya.
B.     Profil Sekolah
Dibawah ini adalah profil S.Kh Madina:
1.      Nama Sekolah                : S.KH MADINA SERANG PROVINSI BANTEN
2.      NSS/NISblok                 : 1022 80401083/28100888830
3.      Alamat                           : Griya Gemilang sakti II Blok B4 NO. 4 DAN 7                          CIRACAS KOTA SERANG BANTEN
4.      E-mail                             : S.Kh_madina serang @gmail.com
5.      Setatus Sekolah              : SWASTA
6.      Luas Tanah                     : 750 M
7.      Status gedung Tanah     : YAYASAN
8.      Kondisi Sekolah             : Baik
9.      Waktu penyelenggaran : Pagi

C.    Perkembangan Sekolah
1.      Perkembangan Akademik
Perkembangan akademik yang terdapat di S.Kh Madina adalah sebagai berikut:
a.       Matematika
b.      IPA
c.       Bahasa Indonesia
d.      PAI
e.       IPS
2.      Perkembangan Non Akademik
Perkembangan non akademik yang terdapat di S.KH Madina adalah sebagai berikut:
a.       Bidang olahraga seperti bulu tangkis, tenis meja, dan lain sebagainya.
b.      Seni kriya
c.       Seni Lukis
d.      Life skill (keterampilan hidup)
e.       Seni tari
f.       Design grafis
g.      Tata boga




D.    Visi Dan Misi Sekolah S.Kh Madina
Visi:
Mewujudkan warga sekolah yang bahagia lahir batin, kompetitif, mandiri dan berprestasi serta berwawasan lingkungan yang bersih dan sehat.
Misi:
1.      Terciptanya karakter yang baik bagi warga sekolah
2.      Mampu bersaing dalam segala bidang sesuai dengan minat dan bakatnya
3.      Menjalin jejaring kerja dan kerjasama dengan semua pihak terkait
4.      Menciptakan lingkungan yang ramah, bersih indah dan nyaman
5.      Terciptanya kemandirian bagi seluruh warga sekolah

E.     Bidang Organisasi
Organisasi Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di Indonesia:
1.      PERTUNI (Persatuan Tunanetra Indonesia)
Pertuni adalah organisasi kemasyarakatan tunanetra Indonesia yang didirikan oleh sekelompok tunanetra pada tahun 1966. Organisasi ini memiliki tujuan
2.      GERKATIN (Gerakan Kaum Tuli Indonesia)
Gerkatin adalah organisasi tunarungu tingkat nasional di indonesia yang berdiri tahun 1966 di Bandung.
3.      PPDI (persatuan penyandang disabilitas Indonesia)
PPDI merupakan organisasi payung dan beranggotakan beragam organisasi social kecacatan di Indonesia yang didirikan tahun 1987.
4.      ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia)
ITMI merupakan organisasi kemasyarakatan yang menjadi sarana dan wahana perjuangan tunanetra muslim dalam mencapai tujuan yang berdiri pada tahun 1967.
5.      PTDI (persatuan tuna daksa Indonesia)
PTDI merupakan organisasi social kemasyarakatan yang bergerak dibidang pemberdayaan penyandang disabilitas cacat tubuh yang berdiri pada tanggal 15 desember 2012.
6.      SOIna (Special Olympic Indonesia)
SOIna (Special Olympic Indonesia)Merupakan organisasi di indonesia yang memiliki tujuan untuk memberdayakan penyandang tunagrahita agar menjadi orang yang produktif dan dihargai masyarakat melalui pelatihan dan kompetisi olahraga.




BAB II
PELAKSANAAN OBSERVASI
A.    Lokasi Dan Waktu Observasi
Pelaksanaan observasi mahasiswa/i Jurusan PGMI kelas 5B di IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, bertempat di
Nama sekolah              : S.KH MADINA SERANG PROVINSI BANTEN
NSS/NIS blok             : 102280401083/28100888830
Alamat                        : Griya Gemilang sakti II Blok B4 NO. 4 DAN 7
                    CIRACAS KOTA SERANG BANTEN
Tanggal pelaksanaan   : 24 Oktober s/d 01 November 2016

B.     Subjek Observasi
Yang menjadi subjek dari observasi ini adalah siswa/i di S.KH MADINA SERANG PROVINSI BANTEN dari semua kelainan dan guru selaku  tenaga pengajar yang memberikan pengajaran dan pelayanan kepada siswa/i di S.Kh MADINA SERANG PROVINSI BANTEN.

C.    Teknik Pengumpulan Data
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam observasi, dengan cara pengamatan secara langsung kepada siswa/i S.Kh MADINA SERANG PROVINSI BANTEN dari mulai mereka datang ke sekolah sampai mereka pulang kerumah. Selain dengan cara pengamatan langsung terhadap subjek, juga melakukan wawancara kepada para guru dan kepala sekolah S.Kh MADINA SERANG PROVINSI BANTEN guna memperluas dan memperkuat dari hasil pengamatan.

D.    Variabel Observasi
Yang menjadi Variabel Observasi yang dilakukan oleh mahasisiwa/i jurusan  Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) di IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten adalah siswa/i S.Kh MADINA SERANG PROVINSI BANTEN. 


BAB III
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Pengertian anak berkebutuhan khusus, atau peserta didik berkebutuhan khusus tertuang dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 32 ayat 1, dan penjelasan pasal 15 yaitu mereka yang memiliki kelainan baik fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.
Menurut Zainal Alimin, “Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.”
Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam paradigma pendidikan khusus yang menganut konsep model sosial, keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda pula, sehingga tiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus ialah anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan bakat istimewa yang memerlukan pendidikan dan pelayanan khusus sesuai dengan kelainan dan kebutuhan anak masing-masing.
B.     Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus.
1.      Anak Berkelainan Fisik
a)      Tunanetra
Anak tunanetra adalah anak yang memiliki kelainan pada indra penglihatan mulai dari jarak 6 meter untuk melihat sampai tidak dapat melihat cahaya. Anak tunanetra cenderung mudah tersinggung karena rasa curiga yang tinggi terhadap orang lain dengan prasangka orang tersebut membicarakannya, dan pada saat jalan masih membutuhkan bimbingan orang lain sebagai penunjuk arah, sedikitnya sudah bisa mengurus diri seperti mandi sendiri, pakai baju sendiri namun tetap segala keperluannya harus disiapkan terlebih dahulu, sedangkan interaksi dengan lingkungan dan orang sekitar ia sudah bisa mengenali suara guru dan teman temannya. Akademik anak tunanetra di S.Kh MADINA masih kesulitan untuk membaca dan menulis karena belum ada guru yang bisa mengajarkan huruf braile akan tetapi anak ini memiliki kemampuan dalam menghafal berhitung dan memainkan alat musik angklung.
b)      Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Beberapa karakteristik anak tunarungu, diantaranya adalah:
1)      Segi Fisik
·         Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan pada telinga, menyebabkan anak-anak tunarungu mengalami kekurangseimbangan dalam aktivitas fisiknya.
·         Pernapasannya pendek, dan tidak teratur. Anak-anak tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
·         Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu, dimana sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu juga dikenal sebagai anak visual, sehingga cara melihatpun selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.

2)      Segi Bahasa
·         Miskin akan kosa kata
·         Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic.
·         Tata bahasanya kurang teratur.
3)      Intelektual
·         Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak mengalami permasalahan dalam segi intelektual.
·         Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa.
4)      Sosial-emosional
·         Sering merasa curiga.
·         Sering bersikap agresif.
c)      Tunadaksa
Menurut Direktorat PLB tunadaksa diartikan sebagai anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pendidikan khusus. Adapun karakteristik anak tunadaksa sebagai berikut:
1)      Gangguan Motorik
Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik halus.
2)      Gangguan Sensorik
Pusat sensorik pada manusia terletak otak, mengingat anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kelainan di otak, maka sering anak cerebral palsy disertai gangguan sensorik, beberapa gangguan sensorik antara lain penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa. Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran pada anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.
3)      Akademik
·         Anak tunadaksa mengalami kelainan kepada sistem cerebral, tingkat kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted.
·         Kelainan persepsi terjadi karena saraf penghubung dan jaringan saraf otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris kemudian ke otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta menganalisis) mengalami gangguan.
·         Kemampuan kognisi terbatas karena adanya kerusakan otak sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rambaan, dan bahasa, serta akhirnya anak tersebut tidak dapat mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang terjadi terus menerus melalui persepsi dengan menggunakan media sensoris (indra).
·         Gangguan pada simbolisasi disebabkan oleh adanya kesulitan dalam menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat. Kelainan yang kompleks  ini akan mempengaruhi prestasi akademiknya.
4)      Kemampuan Berbicara
Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti lidah, bibir, dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadi proses interaksi dengan lingkungan. Dengan keadaan yang demikian maka bicara anak-anak cerebral palsy menjadi tidak jelas dan sulit diterima orang lain.
5)      Perilaku, emosi, dan sosial
·         Perilaku
Karakteristik anak tunadaksa tidak dapat disamaratakan tergantung dari berat-ringannya ketunadaksaan yang di alami oleh masing-masing anak. Salah satu contoh anak yang mengalami luka otak yang disebabkan oleh kecelakaan anak seperti ini sering tidak bisa membuat keputusan tentang prilaku yang tepat, dan mereka menjadi cemas dan frustasi ketika mereka tidak diberitahu apa yang harus dikerjakannya.
·         Emosi dan sosial
Respon dan sikap atau penerimaan masyarakat terhadap anak cerebral palsy dapat memunculkan keadaan anak yang merasa rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah tersinggung, dan suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakan diri dan bergaul dengan lingkungan.
2.      Anak Berkelainan Sosial Dan Emosional
a)      Tunagrahita
Menurut Direktorat PLB, tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh dibawah rata-rat sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektua di bawah rata-rata. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
Untuk memahami karakteristik anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya, karena setiap setiap kelompok memiliki ciri yang berbeda-beda sesuai dengan aspek-aspeknya yaitu antara lain : kecerdasan, sosial, fungsi mental, dorongan dan emosi, kepribadian serta organisme. Dibawah ini masing-masing aspek akan dijelaskan karakteristiknya sebagai berikut :
1)      Anak tunagrahita memiliki tingkat kecerdasan hanya mampu mencapai setingkat usia mental anak sekolah dasar kelas 2 sampai dengan 4. Dalam hal belajar sukar memahami  masalah yang bersifat abstrak  dan cara belajarnya banyak membeo bukan dalam pengertian.
2)      Dalam hal bersosialisasi anak tunagrahita memahami kelambatan jika dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Selain itu anak tunagrahita kurang dapat mengurus atau memelihara dirinya sendiri, sehingga selalu tergantung pada orang lain.
3)      Anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian. Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih, mudah lupa, sulit mengungkapkan kembali suatu ingatannya sehingga kurang sanggup untuk mengerjakan suatu tugas.
4)      Anak tunagrahita keadaan emosinya lemah, dorongan biologisnya dapat berkembang tetapi penghayatannya terbatas pada perasaan senang, takut, marah dan benci. Bagi anak tunagrahita ringan mempunyai kehidupan emosi hampir sama dengan anak normal hanya saja kurang mampu menghayati perasaan bangga serta kurang bertanggung jawab.
5)      Anak tunagrahita kemampuan bahasanya sangat terbatas, terutama yang berkaitan dengan perbendaharaan kata yang abstrak. Pada anak tunagrahita berat banyak yang mengalami gagguan bicara yang disebabkan cacat artikulasi serta masalah pada pembentukan bunyi.
6)      Anak tunagrahita mengalami kesulitan membaca dan menghitung, namun demikian masih bisa dilatih untuk menghitung.
7)      Anak tunagrahita mempunyai kepribadian tidak percaya diri, tidak mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga lebih banyak tergantung pada orang lain.
8)      Anak tunagrahita yang kategorinya berat kurang mampu mengorganisasikan dirinya sendiri, hal ini dapat dilihat dari sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannya tidak dapat difungsikan, kurang rentan terhadap parasaan sakit, terhadap bau yang kurang enak, serta makanan yang kurang enak.
Selain karakteristik yang dijelaskan diatas, dapat juga dispesifikasikan berdasarkan berat ringannya kelainan pada anak tunagrahita yaitu :
1)      Mampu didik, yaitu anak tunagrahita yang mempunyai kecerdasan antara 50 – 70 pada skala binet maupun weschler . anak seperti ini masih mempunyai kemampuan untuk didik dalam bidang akademik secara sederhana yaitu membaca, menulis dan berhitung.
2)      Mampu latih, yaitu anak tunagrahita yang mempunyai IQ berkisar antara 30 – 50, kemampuan berfikirnya setara dengan anak normal umur 8 tahun. Anak seperti ini kurang mampu mengikuti pelajaran yang bersifat akademik walaupun sederhana, seperti membaca, menulis dan berhitung.
3)      Perlu rawat, yaitu anak tunagrahita yang paling berat, mempunyai IQ dibawah 25, anak seperti ini tidak mampu lagi dilatih keterampilannya dan selama hidupnya akan tergantung pada orang lain.
b)      Tunalaras
Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak tunalaras adalah :
1)      Karakteristik umum
·         Mengalami gangguan perilaku, suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri, atau orang lain, melawan, berbohong, mencuri, tidak bisa diam, tidak bisa dipercaya dan sebagainya.
·         Mengalami kecemasan, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu dan sebagainya.
·         Kurang dewasa, suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan dan sebaginya.
·         Agresif, memiliki geng jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, suka minggat dari rumah, dan sebaginya.
2)      Karakteristik sosial atau emosi
·         Sering melanggar norma masyarakat.
·         Sering mengganggu dan bersifat agresif.
·         Secara emosional sering merasa rendah dan mengalami kecemasan.
3)      Karakteristik akademik
·         Prestasi belajarnya sering kali jauh dibawah rata-rata.
·         Sering kali tidak naik kelas.
·         Sering kali membolos sekolah.
·         Sering kali melanggar peraturan sekolah dan lalu lintas.
c)      AUTIS
Autis adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh buruk terhadap kinerja pendidikan anak. Karakteristik anak autis adalah sebagai berikut:
1)      Interaksi Sosial
·         Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
·         Lebih suka menyendiri.
·         Tidak ada atau sedikit kontak mata.
·         Senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya.
2)      Komunikasi
·         Perkembangan bahasa lambat.
·         Anak tampak seperti tuli.
·         Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
·         Mengoceh tanpa arti berulang-ulang.
·         Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi.
·         Senang meniru.
·         Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata.
·         Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit bicara sampai usia dewasa.
3)      Pola bermain
·         Senang akan benda-benda yang berputar.
·         Tidak bermain sesuai fungsi mainan.
·         Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu.
4)      Gangguan sensorik
·         Sangat sensitif terhadap sentuhan.
·         Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
·         Senang mencium-cium.
·         Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
5)      Perkembangan
·         Perkembangannya tidak sesuai seperti pada anak normal, khususnya dalam keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi.
·         Gejala tampak sejak lahir atau sebelum usia 3 tahun.
·         Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya kemudian menurun atau bahkan sirna misalnya pernah dapat bicara kemudian hilang.
6)      Perilaku
·         Memperlihatkan perilaku stimulasi diri.
·         Tidak suka pada perubahan.
·         Dapat duduk bengong dengan tatapan kosong.
7)      Emosi
·         Sering marah-marah.
·         Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang.
·         Kadang suka menyerang.
·         Kadang anak berprilaku yang menyakiti dirinya.
·         Tidak mempunyai empati.
8)      Gangguan motorik
·         Anak kesulitan bicara.
·         Saat bayi anak tidak bisa merangkak, kalau merangkak seperti merayap.
·         Bila duduk posisi kaki seperti huruf “w”.
·         Anak tampak aneh berjalan, sering jatuh, tersandung dan menabrak.
·         Lambat belajar berlari, melompat dan naik turun tangga.
·         Kesulitan mengikat sepatu.
·         Benda yang dipegang sering jatuh.                                                                     
·         Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek.
·         Kesulitan memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola.


BAB IV
HASIL OBSERVASI
A.    Wawancara Dengan Kepala Sekolah
S.Kh Madina merupakan salah satu sekolah yang menangani anak berkebutuhan khusus yang terletak di kota serang.  Dalam menerima siswa baru sekolah terlebih dahulu melakukan asessment kepada siswa. Hal ini dilakukan agar dapat membantu guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sehingga dapat membantu guru dalam merancang suatu perencanaan pembelajaran dan tretmen apa yang digunakan saat pembelajaran. Selain itu juga asesmen awal ini bertujuan untuk menempatkan siswa baru tersebut di kelas berapa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah S.KH MADINA Ibu Lis Mulyati. S.KH Madina memiliki data tentang anak berkebutuhan khusus yang terdapat di S.KH Madina adalah sebagai berikut:
1)      Tunanetra
2)      Tunarungu
3)      Tunadaksa
4)      Tunagrahita
5)      Tunalaras
6)      Autis

Syarat-syarat yang harus dipenuhi peserta didik yang akan masuk ke S.KH Madina adalah:
1)      Data medis
2)      CV, yang berisi daftar riwayat hidup dimulai dari pranatal, natal dan post natal berupa teks narasi dari orang tua serta memasukkan daftar kesukaan dari anak.
3)      Isi formulir pendaftaran
4)      Asessment, untuk mengetahui kemampuan awal anak.

Kurikulum Yang Digunakan
1)      Kurikulum 2013
2)      KTSP 2006

Treatmen-Treatmen
Treatmen-treatmen yang digunakan di S.KH Madina:
1.      Semua guru di S.KH Madina selalu melakukan pendekatan individual saat pembelajaran di kelas berlangsung yang bertujuan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2.      Berdasarkan hasil wawancara ke kepala sekolah Ibu Lis Mulyati, M.Pd
a.       Adanya program khusus yang diberikan kepada anak di S.KH Madina, seperti : untuk anak tunanetra program khususnya yaitu pengembangan orientasi dan mobilitas, untuk anak tunarungu pengembangan komunikasi dan bina persepsi bunyi, untuk anak tunagrahita pengembangan diri, untuk anak tunadaksa pengembangan diri dan gerak, untuk anak autis pengembangan interaksi dan komunikasi. Dimana program khusus ini merupakan baseline bagi seorang guru dalam membuat sebuah rancangan program. Program khusus ini bukan merupakan sebuah mata pelajaran akan tetapi ekuivalen dimana guru memberikan waktu 2 jam yang sama seperti mata pelajaran untuk memberikan program khusus ini kepada siswa berkebutuhan khusus dan hanya diberikan pada waktu tertentu jika dibutuhkan. Program khusus ini bertujuan untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi oleh siswa berkebutuhan khusus.
b.      Dalam pembelajaran anak tunarungu ada keterarahan wajah antara guru dan siswa melihat secara langsung (saling bertatap muka) dan saat pembelajaran berlangsung guru tidak boleh membelakangi anak karena anak tidak bisa melihat gerak bibir guru saat menjelaskan suatu materi.
c.       Pembelajaran yang dilakukan kepada anak autis  dengan memberikan instruksi kepada anak autis harus tegas dan jelas agar instruksi dapat tersampaikan dengan baik karena anak autis itu bagaikan hp yang tidak ada sinyalnya.
3.      Berdasarkan hasil wawancara ke Ibu Eti, Jika anak tunalaras mengamuk saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas, guru kelas langsung menggunakan triknya dengan menakut-nakuti agar anak tunalaras tersebut menurut dan tidak membuat keributan dan mengamuk lagi.

B.     Pengalaman Dan Kesan
1.      Pengalaman Pada Waktu Observasi
Dari observasi yang kami lakukan di S.Kh Madina, kami melihat banyak kesamaan antara teori yang kami pelajari dengan apa yang ada di lapangan. Seperti anak tunanetra cenderung mudah tersinggung karena rasa curiga yang tinggi terhadap orang lain dengan prasangka orang tersebut membicarakannya, dan pada saat jalan masih membutuhkan bimbingan orang lain sebagai penunjuk arah, sedikitnya sudah bisa mengurus diri seperti mandi sendiri, pakai baju sendiri namun tetap segala keperluannya harus disiapkan terlebih dahulu, sedangkan interaksi dengan lingkungan dan orang sekitar ia sudah bisa mengenali suara guru dan teman temannya. Akademik anak tunanetra di S.Kh MADINA masih kesulitan untuk membaca dan menulis karena belum ada guru yang bisa mengajarkan huruf braile akan tetapi anak ini memiliki kemampuan dalam menghafal berhitung dan memainkan alat musik angklung.
Anak tunarungu yang ada di S.Kh Madina memiliki kemampuan intelegensi yang sama dengan intelegensi anak normal pada umumnya. Namun mereka memiliki hambatan dalam menangkap informasi dalam bentuk suara yang disampaikan oleh guru dikarenakan anak kurang memahami bahasa sehingga guru yang mengajar di S.Kh. MADINA juga menggunakan bahasa isyarat. Anak tunarungu cenderung malu bila bertemu dengan orang yang baru dilihat, kurang fokus terhadap pembelajaran sehingga sulit untuk ditertibkan, membutuhkan waktu yang lama untuk menertibkannya karena anak sibuk dengan temannya (bercanda), akan tetapi anak tunarungu dapat menggunakan alat teknologi dengan baik seperti hp dan komputer. Selain itu, pembelajaran yang diberikan kepada anak tunarungu sudah menggunakan computer, dan biasanya mereka diminta untuk mengerjakan tugas diketik dan di simpan di flashdisk. Selanjutnya, terdapat anak tunarungu di S.Kh Madina  yang mahir design grafis.
Anak tunadaksa yang ada di S.Kh Madina adalah ada anak tunadaksa ringan dan tunadaksa sedang. Anak tunadaksa ringan mampu mengikuti pembelajaran di kelasnya dengan baik, dia mampu menulis, membaca dan menghitung seperti anak normal pada umumnya. Interaksi sesama teman-temannya sangat baik. Salah satu hambatan anak tunadaksa adalah pada saat berbicara artikulasinya kurang jelas.
Anak tunagrahita yang terdapat di S.Kh Madina adalah anak tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.  Kebanyakan dari anak tunagrahita yang ada di S.Kh Madina mereka termasuk klasifikasi anak mampu didik. Mereka mampu mengikuti pembelajaran seperti  biasanya walaupun mereka kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan tingkat intelegensi mereka yang dibawah rata-rata. Akan tetapi, interaksi sesame teman-temannya sangat baik. Mereka ramah, sopan dan cepat akrab dengan kami, orang yang baru mereka lihat, bahkan mereka tak segan-segan selalu mendekati kami dan mengajak kami untuk berbincang dengan mereka. Selain itu, yang membuat kami terkesan adalah anak tunagrahita yang intelegensinya dibawah rata-rata mereka mampu meraih banyak medali diajang olimpiade baik di tingkat nasional maupun internasional.
Selain anak tunagrahita anak berkelainan mental emosional S. Kh Madina juga terdapat anak tuna laras. Terdapat satu orang seorang siswa memiliki kelainan. Menrut guru pembimbingnya, kondisi anak pertama kali  masuk ke sekolah  sulit diajak berkomunikasi, tidak bisa mengurus dirinya sendiri seperti masih menompol dicelana, buang air besar sambil lari-lari.  Ketika dia mulai jenih sering sekali membuat gaduh dengan berteriak-teriak, memukul temannya,melempar benda yang ada di sekitarnya, bahkan mengamuk di kelas hingga membuat siswa yang lain ketakutan  sehingga tak jarang kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Dia sering menggedor-gedor pintu kelas, jendela kelas dan lain-lain. Karena kelainannya ini siswa dipantau intensif oleh guru yang sudah tahu kelemahannya.
Anak autis yang terdapat di S.Kh Madina termasuk jenis high function. Mereka memiliki IQ yang tinggi, komunikasinya baik, akan tetapi mereka kurang berinteraksi. Jika mereka berbicara dengan orang lain, mereka tidak menatap muka lawan bicaranya. Dalam pembelajaran, saat memberikan instruksi kepada siswa autis guru harus berbicara secara jelas, tegas dan menatap mata anak tersebut.

2.      Pengalaman Pada Waktu Pengajaran Di Kelas
Pengajaran di kelas pada sekolah S.KH Madina menggunakan pengajaran yang bersifat klasikal dengan menggunakan pendekatan individual. Karena dalam satu kelas terdapat beberapa siswa yang memiliki kelainan yang berbeda-beda atau biasa disebut dengan rombel (rombongan belajar). 
Di kelas tinggi, pada saat mengajar guru memberikan materi secara umum diawal pembelajaran, selanjutnya guru meminta peserta didik untuk menulis materi yang ada di papan tulis setelah itu guru menjelaskan materi dengan menggunakan pendekatan individual. Sedangkan, di kelas rendah pada saat pembelajaran guru mengajar dengan menggunakan pendekatan individual karena setiap peserta didik mendapatkan materi yang berbeda-beda dalam satu kelas sesuai dengan kemampuannya. Desain kelasnya berupa lesehan, anak belajar duduk di lantai tanpa menggunakan kursi.

3.      Pengalaman Pada Waktu Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler yang terdapat di S.Kh Madina adalah sebagai berikut:
a.       Life Skill (keterampilan)
b.      Seni tari
c.       Tata Boga
d.      Seni kriya
Ekstrakurikuler di S.KH Madina dilaksanakan seminggu dua kali. Pada saat kami observasi tepatnya di hari kamis tanggal 27 oktober 2016, di S. Kh Madina sedang ada kegiatan tata boga membuat kue. Semua anak kelas tinggi mengikuti acara tersebut

C.    Analisis Swat
1.      Strong (kekuatan)
a)      Banyaknya prestasi-prestasi yang diperoleh peserta didik S.Kh Madina.
b)      S.Kh Madina memprioritaskan bakat dan minat peserta didik.
c)      Menjadikan peserta didik mampu membiasakan kebiasaan baik dalam kehidupan.
d)     Tenaga pendidik S.Kh Madina merupakan lulusan Pendidikan Luar Biasa yang memiliki kompetensi yang cukup memadai.
2.      Weakness (kelemahan)
a)     Kurangnya tenaga pendidik khusus, contohnya tidak memiliki pendidik khusus tunanetra.
b)    Kurangnya fasilitas yang dimiliki S. Kh. Madina, contohnya tidak ada buku huruf braile.
3.      Opportunities (peluang)
a)      Fasilitas non akademik yang tersedia di sekolah sehingga peserta didik memiliki kesempatan meningkatkan dan mengapresiasikan hobi, minat, bakat dan kesukaannya di sekolah.
b)      Pelatihan ekstrakurikuler rutin dilakukan 2x seminggu, peserta didik menjadikan terampil dan inovatif dalam setiap pekerjaan.
4.      Threats (ancaman)
a)     Kurangnya tenaga pendidik khusus sehingga akan menyebabkan menurunnya minat orangtua untuk memasukkan anaknya ke S. Kh. Madina contohnya anak tunanetra.
b)    Kurangnya fasilitas yang dimiliki S. Kh. Madina sehingga saat pembelajaran guru kekurangan media untuk menyampaikan materi contohnya tidak ada buku huruf braile.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang bervariatif, dilihat dari segi akademiknya untuk anak yang memiliki kelainan selain anak tunagrahita itu memiliki intelegensi yang sama dengan anak normal lainnya. Akan tetapi, stimulus yang harus diberikan oleh guru harus semenarik mungkin dan dalam pembelajarannya juga guru dominan melakukan pendekatan individual.
Dan jika dilihat dari segi non akademiknya tidak menuntut kemungkinan bahwa anak yang memiliki kelainan baik itu anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunalaras, tuna grahita dan autis bisa meraih prestasi yang gemilang. Contohnya seperti peserta didik yang ada di S. Kh. Madina mampu meraih beberapa medali emas, perak dan juga perunggu mulai dari tingkat kota, propinsi, nasional bahkan tingkat internasional.
 
B.     Saran
1.      Fasilitas penunjang pembelajaran seperti buku-buku, media pembelajaran sebaiknya dilengkapi sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2.      Merekrut tenaga pendidik khusus untuk anak berkelainan seperti tunanetra yang memiliki kompetensi yang memadai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan       : MI Islamiyah Ciwaru Kelas/semester : I ( satu ) / I (satu) Tema/...