BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dalam mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik dan tingkah dan
keunikan yang dimiliki setiap peserta didik khususunya Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK). Dalam hal ini saya selaku mahasiswa PGMI melakukan observasi di Sekolah
Khusus Madani Kota Serang untuk memenuhi
tugas dalam bentuk laporan observasi pembelajaran di kelas khususnya mata
kuliah Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Laporan
hasil observasi ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan adanya observasi ini
diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar di Sekolah
untuk anak berkebutuhan Khusus dan kita juga dapat mengetahui tingkah laku dan
keunikan yang terdapat pada setiap Anak Berkebutuhan Khusus dengan berbagai
latar belakang secara langsung. Kemudian kita sebagai seorang calon guru
tentunya berharap dapat mengetahui dan memberikan tindakan yang sesuai jika
dikemudian hari ketika kita mengajar terdapat peserta didik kita yang
memerlukan bimbingan Khusus karena kelainan yang dideritanya.
B. Profil
Sekolah
Dibawah ini adalah
profil S.Kh Madina:
1. Nama
Sekolah : S.KH MADINA
SERANG PROVINSI BANTEN
2. NSS/NISblok
: 1022 80401083/28100888830
3.
Alamat :
Griya Gemilang sakti II Blok B4 NO. 4 DAN 7 CIRACAS KOTA SERANG BANTEN
4. E-mail : S.Kh_madina
serang @gmail.com
5. Setatus
Sekolah : SWASTA
6. Luas
Tanah : 750 M
7. Status
gedung Tanah : YAYASAN
8. Kondisi
Sekolah : Baik
9. Waktu
penyelenggaran : Pagi
C. Perkembangan
Sekolah
1. Perkembangan
Akademik
Perkembangan
akademik yang terdapat di S.Kh Madina adalah sebagai berikut:
a. Matematika
b. IPA
c. Bahasa
Indonesia
d. PAI
e. IPS
2.
Perkembangan Non Akademik
Perkembangan
non akademik yang terdapat di S.KH Madina adalah sebagai berikut:
a.
Bidang olahraga seperti bulu tangkis,
tenis meja, dan lain sebagainya.
b.
Seni kriya
c.
Seni Lukis
d.
Life skill (keterampilan hidup)
e.
Seni tari
f.
Design grafis
g.
Tata boga
D. Visi
Dan Misi Sekolah S.Kh Madina
Visi:
Mewujudkan warga
sekolah yang bahagia lahir batin, kompetitif, mandiri dan berprestasi serta
berwawasan lingkungan yang bersih dan sehat.
Misi:
1. Terciptanya
karakter yang baik bagi warga sekolah
2. Mampu
bersaing dalam segala bidang sesuai dengan minat dan bakatnya
3. Menjalin
jejaring kerja dan kerjasama dengan semua pihak terkait
4. Menciptakan
lingkungan yang ramah, bersih indah dan nyaman
5. Terciptanya
kemandirian bagi seluruh warga sekolah
E. Bidang
Organisasi
Organisasi Anak
Berkebutuhan Khusus yang ada di Indonesia:
1. PERTUNI
(Persatuan Tunanetra Indonesia)
Pertuni adalah organisasi kemasyarakatan tunanetra
Indonesia yang didirikan oleh sekelompok tunanetra pada tahun 1966. Organisasi
ini memiliki tujuan
2. GERKATIN
(Gerakan Kaum Tuli Indonesia)
Gerkatin adalah organisasi tunarungu tingkat
nasional di indonesia yang berdiri tahun 1966 di Bandung.
3. PPDI
(persatuan penyandang disabilitas Indonesia)
PPDI merupakan organisasi payung dan beranggotakan
beragam organisasi social kecacatan di Indonesia yang didirikan tahun 1987.
4. ITMI
(Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia)
ITMI merupakan organisasi kemasyarakatan yang
menjadi sarana dan wahana perjuangan tunanetra muslim dalam mencapai tujuan
yang berdiri pada tahun 1967.
5. PTDI
(persatuan tuna daksa Indonesia)
PTDI merupakan organisasi social kemasyarakatan yang
bergerak dibidang pemberdayaan penyandang disabilitas cacat tubuh yang berdiri
pada tanggal 15 desember 2012.
6. SOIna
(Special Olympic Indonesia)
SOIna (Special Olympic Indonesia)Merupakan
organisasi di indonesia yang memiliki tujuan untuk memberdayakan penyandang
tunagrahita agar menjadi orang yang produktif dan dihargai masyarakat melalui
pelatihan dan kompetisi olahraga.
BAB
II
PELAKSANAAN
OBSERVASI
A. Lokasi
Dan Waktu Observasi
Pelaksanaan
observasi mahasiswa/i Jurusan PGMI kelas 5B di IAIN Sultan Maulana Hasanudin
Banten, bertempat di
Nama sekolah : S.KH MADINA SERANG PROVINSI
BANTEN
NSS/NIS
blok :
102280401083/28100888830
Alamat : Griya Gemilang sakti
II Blok B4 NO. 4 DAN 7
CIRACAS KOTA SERANG BANTEN
Tanggal
pelaksanaan : 24 Oktober s/d 01 November
2016
B. Subjek
Observasi
Yang
menjadi subjek dari observasi ini adalah siswa/i di S.KH MADINA SERANG PROVINSI
BANTEN dari semua kelainan dan guru selaku
tenaga pengajar yang memberikan pengajaran dan pelayanan kepada siswa/i
di S.Kh MADINA SERANG PROVINSI BANTEN.
C. Teknik
Pengumpulan Data
Sedangkan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam observasi, dengan cara pengamatan
secara langsung kepada siswa/i S.Kh MADINA SERANG PROVINSI BANTEN dari mulai
mereka datang ke sekolah sampai mereka pulang kerumah. Selain dengan cara
pengamatan langsung terhadap subjek, juga melakukan wawancara kepada para guru
dan kepala sekolah S.Kh MADINA SERANG PROVINSI BANTEN guna memperluas dan memperkuat
dari hasil pengamatan.
D. Variabel
Observasi
Yang menjadi
Variabel Observasi yang dilakukan oleh mahasisiwa/i jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) di
IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten adalah siswa/i S.Kh MADINA SERANG PROVINSI
BANTEN.
BAB
III
KAJIAN
TEORI
A. Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Pengertian
anak berkebutuhan khusus, atau peserta didik berkebutuhan khusus tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Pasal 32 ayat 1, dan penjelasan pasal 15 yaitu mereka yang memiliki
kelainan baik fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki kecerdasan
dan bakat istimewa.
Menurut
Zainal Alimin, “Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak
yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan
kebutuhan masing-masing anak secara individual.”
Istilah
anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam paradigma
pendidikan khusus yang menganut konsep model sosial, keberagaman anak sangat
dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan
yang berbeda-beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memiliki
kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda pula, sehingga tiap anak
sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan
hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus ialah anak
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan bakat istimewa
yang memerlukan pendidikan dan pelayanan khusus sesuai dengan kelainan dan
kebutuhan anak masing-masing.
B. Karakteristik
Anak Berkebutuhan Khusus.
1. Anak
Berkelainan Fisik
a) Tunanetra
Anak
tunanetra adalah anak yang memiliki kelainan pada indra penglihatan mulai dari
jarak 6 meter untuk melihat sampai tidak dapat melihat cahaya. Anak tunanetra
cenderung mudah tersinggung karena rasa curiga yang tinggi terhadap orang lain
dengan prasangka orang tersebut membicarakannya, dan pada saat jalan masih
membutuhkan bimbingan orang lain sebagai penunjuk arah, sedikitnya sudah bisa
mengurus diri seperti mandi sendiri, pakai baju sendiri namun tetap segala
keperluannya harus disiapkan terlebih dahulu, sedangkan interaksi dengan
lingkungan dan orang sekitar ia sudah bisa mengenali suara guru dan teman
temannya. Akademik anak tunanetra di S.Kh MADINA masih kesulitan untuk membaca
dan menulis karena belum ada guru yang bisa mengajarkan huruf braile akan
tetapi anak ini memiliki kemampuan dalam menghafal berhitung dan memainkan alat
musik angklung.
b) Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk
pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Beberapa
karakteristik anak tunarungu, diantaranya adalah:
1) Segi
Fisik
·
Cara berjalannya kaku dan agak
membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan pada
telinga, menyebabkan anak-anak tunarungu mengalami kekurangseimbangan dalam
aktivitas fisiknya.
·
Pernapasannya pendek, dan tidak teratur.
Anak-anak tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam kehidupan
sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang
baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik,
khususnya dalam berbicara.
·
Cara melihatnya agak beringas.
Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling dominan bagi anak-anak
penyandang tunarungu, dimana sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui
penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu juga dikenal sebagai anak
visual, sehingga cara melihatpun selalu menunjukkan keingintahuan yang besar
dan terlihat beringas.
2) Segi
Bahasa
·
Miskin akan kosa kata
·
Sulit mengartikan kata-kata yang
mengandung ungkapan atau idiomatic.
·
Tata bahasanya kurang teratur.
3)
Intelektual
·
Kemampuan intelektualnya normal. Pada
dasarnya anak-anak tunarungu tidak mengalami permasalahan dalam segi
intelektual.
·
Perkembangan akademiknya lamban akibat
keterbatasan bahasa.
4)
Sosial-emosional
·
Sering merasa curiga.
·
Sering bersikap agresif.
c) Tunadaksa
Menurut Direktorat PLB tunadaksa
diartikan sebagai anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada
alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pendidikan
khusus. Adapun karakteristik anak tunadaksa sebagai berikut:
1) Gangguan
Motorik
Gangguan motoriknya berupa
kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan
ritmis dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar
dan motorik halus.
2) Gangguan
Sensorik
Pusat sensorik pada manusia
terletak otak, mengingat anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami
kelainan di otak, maka sering anak cerebral palsy disertai gangguan
sensorik, beberapa gangguan sensorik antara lain penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan perasa. Gangguan penglihatan pada cerebral palsy
terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak.
Gangguan pendengaran pada anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis
athetoid.
3) Akademik
·
Anak tunadaksa mengalami kelainan kepada
sistem cerebral, tingkat
kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy
sampai dengan gifted.
·
Kelainan persepsi terjadi karena saraf
penghubung dan jaringan saraf otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi
yang dimulai dari stimulus merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf
sensoris kemudian ke otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta
menganalisis) mengalami gangguan.
·
Kemampuan kognisi terbatas karena adanya
kerusakan otak sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran,
bicara, rambaan, dan bahasa, serta akhirnya anak tersebut tidak dapat mengadakan
interaksi dengan lingkungannya yang terjadi terus menerus melalui persepsi
dengan menggunakan media sensoris (indra).
·
Gangguan pada simbolisasi disebabkan
oleh adanya kesulitan dalam menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat.
Kelainan yang kompleks ini akan
mempengaruhi prestasi akademiknya.
4) Kemampuan
Berbicara
Anak cerebral palsy
mengalami gangguan wicara yang disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot
wicara terutama pada organ artikulasi seperti lidah, bibir, dan rahang bawah,
dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadi proses interaksi
dengan lingkungan. Dengan keadaan yang demikian maka bicara anak-anak cerebral
palsy menjadi tidak jelas dan sulit diterima orang lain.
5) Perilaku,
emosi, dan sosial
·
Perilaku
Karakteristik anak tunadaksa tidak
dapat disamaratakan tergantung dari berat-ringannya ketunadaksaan yang di alami
oleh masing-masing anak. Salah satu contoh anak yang mengalami luka otak yang
disebabkan oleh kecelakaan anak seperti ini sering tidak bisa membuat keputusan
tentang prilaku yang tepat, dan mereka menjadi cemas dan frustasi ketika mereka
tidak diberitahu apa yang harus dikerjakannya.
·
Emosi dan sosial
Respon dan sikap atau penerimaan
masyarakat terhadap anak cerebral palsy dapat memunculkan keadaan anak yang
merasa rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah tersinggung, dan suka
menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakan diri dan bergaul dengan
lingkungan.
2. Anak
Berkelainan Sosial Dan Emosional
a) Tunagrahita
Menurut
Direktorat PLB, tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan
dan keterbelakangan perkembangan mental jauh dibawah rata-rat sedemikian rupa
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun
sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus. Tunagrahita adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektua di bawah
rata-rata. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental
karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti
program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak
terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni
disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
Untuk memahami karakteristik anak
tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya, karena setiap setiap
kelompok memiliki ciri yang berbeda-beda sesuai dengan aspek-aspeknya yaitu
antara lain : kecerdasan, sosial, fungsi mental, dorongan dan emosi,
kepribadian serta organisme. Dibawah ini masing-masing aspek akan dijelaskan
karakteristiknya sebagai berikut :
1) Anak tunagrahita memiliki tingkat
kecerdasan hanya mampu mencapai setingkat usia mental anak sekolah dasar kelas
2 sampai dengan 4. Dalam hal belajar sukar memahami masalah yang bersifat
abstrak dan cara belajarnya banyak membeo bukan dalam pengertian.
2) Dalam hal bersosialisasi anak
tunagrahita memahami kelambatan jika dibandingkan dengan anak normal pada
umumnya. Selain itu anak tunagrahita kurang dapat mengurus atau memelihara
dirinya sendiri, sehingga selalu tergantung pada orang lain.
3) Anak tunagrahita mengalami kesukaran
dalam memusatkan perhatian. Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat
beralih, mudah lupa, sulit mengungkapkan kembali suatu ingatannya sehingga
kurang sanggup untuk mengerjakan suatu tugas.
4) Anak tunagrahita keadaan emosinya
lemah, dorongan biologisnya dapat berkembang tetapi penghayatannya terbatas
pada perasaan senang, takut, marah dan benci. Bagi anak tunagrahita ringan
mempunyai kehidupan emosi hampir sama dengan anak normal hanya saja kurang
mampu menghayati perasaan bangga serta kurang bertanggung jawab.
5) Anak tunagrahita kemampuan bahasanya
sangat terbatas, terutama yang berkaitan dengan perbendaharaan kata yang
abstrak. Pada anak tunagrahita berat banyak yang mengalami gagguan bicara yang disebabkan
cacat artikulasi serta masalah pada pembentukan bunyi.
6) Anak tunagrahita mengalami kesulitan
membaca dan menghitung, namun demikian masih bisa dilatih untuk menghitung.
7) Anak tunagrahita mempunyai
kepribadian tidak percaya diri, tidak mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya
sehingga lebih banyak tergantung pada orang lain.
8) Anak tunagrahita yang kategorinya
berat kurang mampu mengorganisasikan dirinya sendiri, hal ini dapat dilihat
dari sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannya tidak
dapat difungsikan, kurang rentan terhadap parasaan sakit, terhadap bau yang
kurang enak, serta makanan yang kurang enak.
Selain karakteristik yang dijelaskan
diatas, dapat juga dispesifikasikan berdasarkan berat ringannya kelainan pada
anak tunagrahita yaitu :
1) Mampu didik, yaitu anak tunagrahita
yang mempunyai kecerdasan antara 50 – 70 pada skala binet maupun weschler .
anak seperti ini masih mempunyai kemampuan untuk didik dalam bidang akademik
secara sederhana yaitu membaca, menulis dan berhitung.
2) Mampu latih, yaitu anak tunagrahita
yang mempunyai IQ berkisar antara 30 – 50, kemampuan berfikirnya setara dengan
anak normal umur 8 tahun. Anak seperti ini kurang mampu mengikuti pelajaran
yang bersifat akademik walaupun sederhana, seperti membaca, menulis dan
berhitung.
3) Perlu rawat, yaitu anak tunagrahita
yang paling berat, mempunyai IQ dibawah 25, anak seperti ini tidak mampu lagi
dilatih keterampilannya dan selama hidupnya akan tergantung pada orang lain.
b) Tunalaras
Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991
disebutkan bahwa tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah
laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak
tunalaras adalah :
1) Karakteristik umum
·
Mengalami
gangguan perilaku, suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri,
atau orang lain, melawan, berbohong, mencuri, tidak bisa diam, tidak bisa
dipercaya dan sebagainya.
·
Mengalami
kecemasan, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul,
menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu dan
sebagainya.
·
Kurang
dewasa, suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka
mengantuk, mudah bosan dan sebaginya.
·
Agresif,
memiliki geng jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman
jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, suka minggat dari
rumah, dan sebaginya.
2) Karakteristik sosial atau emosi
·
Sering
melanggar norma masyarakat.
·
Sering
mengganggu dan bersifat agresif.
·
Secara
emosional sering merasa rendah dan mengalami kecemasan.
3) Karakteristik akademik
·
Prestasi
belajarnya sering kali jauh dibawah rata-rata.
·
Sering
kali tidak naik kelas.
·
Sering
kali membolos sekolah.
·
Sering
kali melanggar peraturan sekolah dan lalu lintas.
c) AUTIS
Autis
adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap
komunikasi verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum
tiga tahun, yang berpengaruh buruk terhadap kinerja pendidikan anak.
Karakteristik anak autis adalah sebagai berikut:
1)
Interaksi Sosial
·
Tidak tertarik untuk bermain bersama
teman.
·
Lebih suka menyendiri.
·
Tidak ada atau sedikit kontak mata.
·
Senang menarik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang diinginkannya.
2) Komunikasi
·
Perkembangan bahasa lambat.
·
Anak tampak seperti tuli.
·
Kadang kata-kata yang digunakan tidak
sesuai artinya.
·
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang.
·
Bicara tidak dipakai untuk alat
berkomunikasi.
·
Senang meniru.
·
Bila senang meniru, dapat hafal betul
kata-kata.
·
Sebagian dari anak ini tidak berbicara
(non verbal) atau sedikit bicara sampai usia dewasa.
3)
Pola bermain
·
Senang akan benda-benda yang berputar.
·
Tidak bermain sesuai fungsi mainan.
·
Dapat sangat lekat dengan benda-benda
tertentu.
4)
Gangguan sensorik
·
Sangat sensitif terhadap sentuhan.
·
Bila mendengar suara keras langsung
menutup telinga.
·
Senang mencium-cium.
·
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan
rasa takut.
5)
Perkembangan
·
Perkembangannya tidak sesuai seperti
pada anak normal, khususnya dalam keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi.
·
Gejala tampak sejak lahir atau sebelum
usia 3 tahun.
·
Dapat mempunyai perkembangan yang normal
pada awalnya kemudian menurun atau bahkan sirna misalnya pernah dapat bicara
kemudian hilang.
6) Perilaku
·
Memperlihatkan perilaku stimulasi diri.
·
Tidak suka pada perubahan.
·
Dapat duduk bengong dengan tatapan
kosong.
7) Emosi
·
Sering marah-marah.
·
Temper tantrum (mengamuk tak terkendali)
jika dilarang.
·
Kadang suka menyerang.
·
Kadang anak berprilaku yang menyakiti
dirinya.
·
Tidak mempunyai empati.
8)
Gangguan motorik
·
Anak kesulitan bicara.
·
Saat bayi anak tidak bisa merangkak,
kalau merangkak seperti merayap.
·
Bila duduk posisi kaki seperti huruf
“w”.
·
Anak tampak aneh berjalan, sering jatuh,
tersandung dan menabrak.
·
Lambat belajar berlari, melompat dan
naik turun tangga.
·
Kesulitan mengikat sepatu.
·
Benda yang dipegang sering jatuh.
·
Tidak pandai menggambar, tulisannya
sangat jelek.
·
Kesulitan memasang dan melepaskan
kancing, melempar dan menangkap bola.
BAB
IV
HASIL
OBSERVASI
A. Wawancara
Dengan Kepala Sekolah
S.Kh
Madina merupakan salah satu sekolah yang menangani anak berkebutuhan khusus
yang terletak di kota serang. Dalam
menerima siswa baru sekolah terlebih dahulu melakukan asessment kepada siswa. Hal
ini dilakukan agar dapat membantu guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
sehingga dapat membantu guru dalam merancang suatu perencanaan pembelajaran dan
tretmen apa yang digunakan saat pembelajaran. Selain itu juga asesmen awal ini
bertujuan untuk menempatkan siswa baru tersebut di kelas berapa.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala sekolah S.KH MADINA Ibu Lis Mulyati. S.KH Madina
memiliki data tentang anak berkebutuhan khusus yang terdapat di S.KH Madina
adalah sebagai berikut:
1) Tunanetra
2) Tunarungu
3) Tunadaksa
4) Tunagrahita
5) Tunalaras
6) Autis
Syarat-syarat
yang harus dipenuhi peserta didik yang akan masuk ke S.KH Madina adalah:
1) Data
medis
2) CV,
yang berisi daftar riwayat hidup dimulai dari pranatal, natal dan post natal
berupa teks narasi dari orang tua serta memasukkan daftar kesukaan dari anak.
3) Isi
formulir pendaftaran
4) Asessment,
untuk mengetahui kemampuan awal anak.
Kurikulum
Yang Digunakan
1) Kurikulum
2013
2) KTSP
2006
Treatmen-Treatmen
Treatmen-treatmen
yang digunakan di S.KH Madina:
1. Semua
guru di S.KH Madina selalu melakukan pendekatan individual saat pembelajaran di
kelas berlangsung yang bertujuan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
2. Berdasarkan
hasil wawancara ke kepala sekolah Ibu Lis Mulyati, M.Pd
a. Adanya
program khusus yang diberikan kepada anak di S.KH Madina, seperti : untuk anak
tunanetra program khususnya yaitu pengembangan orientasi dan mobilitas, untuk
anak tunarungu pengembangan komunikasi dan bina persepsi bunyi, untuk anak
tunagrahita pengembangan diri, untuk anak tunadaksa pengembangan diri dan
gerak, untuk anak autis pengembangan interaksi dan komunikasi. Dimana program
khusus ini merupakan baseline bagi seorang guru dalam membuat sebuah rancangan
program. Program khusus ini bukan merupakan sebuah mata pelajaran akan tetapi
ekuivalen dimana guru memberikan waktu 2 jam yang sama seperti mata pelajaran
untuk memberikan program khusus ini kepada siswa berkebutuhan khusus dan hanya
diberikan pada waktu tertentu jika dibutuhkan. Program khusus ini bertujuan
untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi oleh siswa berkebutuhan khusus.
b. Dalam
pembelajaran anak tunarungu ada keterarahan wajah antara guru dan siswa melihat
secara langsung (saling bertatap muka) dan saat pembelajaran berlangsung guru
tidak boleh membelakangi anak karena anak tidak bisa melihat gerak bibir guru
saat menjelaskan suatu materi.
c. Pembelajaran
yang dilakukan kepada anak autis dengan
memberikan instruksi kepada anak autis harus tegas dan jelas agar instruksi
dapat tersampaikan dengan baik karena anak autis itu bagaikan hp yang tidak ada
sinyalnya.
3. Berdasarkan
hasil wawancara ke Ibu Eti, Jika anak tunalaras mengamuk saat pembelajaran
berlangsung di dalam kelas, guru kelas langsung menggunakan triknya dengan
menakut-nakuti agar anak tunalaras tersebut menurut dan tidak membuat keributan
dan mengamuk lagi.
B. Pengalaman
Dan Kesan
1. Pengalaman
Pada Waktu Observasi
Dari observasi yang kami lakukan di S.Kh Madina,
kami melihat banyak kesamaan antara teori yang kami pelajari dengan apa yang
ada di lapangan. Seperti anak tunanetra cenderung mudah tersinggung karena rasa
curiga yang tinggi terhadap orang lain dengan prasangka orang tersebut
membicarakannya, dan pada saat jalan masih membutuhkan bimbingan orang lain
sebagai penunjuk arah, sedikitnya sudah bisa mengurus diri seperti mandi
sendiri, pakai baju sendiri namun tetap segala keperluannya harus disiapkan
terlebih dahulu, sedangkan interaksi dengan lingkungan dan orang sekitar ia
sudah bisa mengenali suara guru dan teman temannya. Akademik anak tunanetra di
S.Kh MADINA masih kesulitan untuk membaca dan menulis karena belum ada guru
yang bisa mengajarkan huruf braile akan tetapi anak ini memiliki kemampuan
dalam menghafal berhitung dan memainkan alat musik angklung.
Anak tunarungu yang ada di S.Kh Madina memiliki
kemampuan intelegensi yang sama dengan intelegensi anak normal pada umumnya.
Namun mereka memiliki hambatan dalam menangkap informasi dalam bentuk suara
yang disampaikan oleh guru dikarenakan anak kurang memahami bahasa sehingga guru
yang mengajar di S.Kh. MADINA juga menggunakan bahasa isyarat. Anak tunarungu
cenderung malu bila bertemu dengan orang yang baru dilihat, kurang fokus
terhadap pembelajaran sehingga sulit untuk ditertibkan, membutuhkan waktu yang
lama untuk menertibkannya karena anak sibuk dengan temannya (bercanda), akan
tetapi anak tunarungu dapat menggunakan alat teknologi dengan baik seperti hp
dan komputer. Selain itu, pembelajaran yang diberikan kepada anak tunarungu
sudah menggunakan computer, dan biasanya mereka diminta untuk mengerjakan tugas
diketik dan di simpan di flashdisk. Selanjutnya, terdapat anak tunarungu di
S.Kh Madina yang mahir design grafis.
Anak tunadaksa yang ada di S.Kh Madina adalah ada
anak tunadaksa ringan dan tunadaksa sedang. Anak tunadaksa ringan mampu
mengikuti pembelajaran di kelasnya dengan baik, dia mampu menulis, membaca dan
menghitung seperti anak normal pada umumnya. Interaksi sesama teman-temannya
sangat baik. Salah satu hambatan anak tunadaksa adalah pada saat berbicara
artikulasinya kurang jelas.
Anak tunagrahita yang terdapat di S.Kh Madina adalah
anak tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.
Kebanyakan dari anak tunagrahita yang ada di S.Kh Madina mereka termasuk
klasifikasi anak mampu didik. Mereka mampu mengikuti pembelajaran seperti biasanya walaupun mereka kesulitan dalam
menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan tingkat
intelegensi mereka yang dibawah rata-rata. Akan tetapi, interaksi sesame
teman-temannya sangat baik. Mereka ramah, sopan dan cepat akrab dengan kami,
orang yang baru mereka lihat, bahkan mereka tak segan-segan selalu mendekati
kami dan mengajak kami untuk berbincang dengan mereka. Selain itu, yang membuat
kami terkesan adalah anak tunagrahita yang intelegensinya dibawah rata-rata
mereka mampu meraih banyak medali diajang olimpiade baik di tingkat nasional
maupun internasional.
Selain anak tunagrahita anak berkelainan mental
emosional S. Kh Madina juga terdapat anak tuna laras. Terdapat satu orang
seorang siswa memiliki kelainan. Menrut guru pembimbingnya, kondisi anak
pertama kali masuk ke sekolah sulit diajak berkomunikasi, tidak bisa
mengurus dirinya sendiri seperti masih menompol dicelana, buang air besar
sambil lari-lari. Ketika dia mulai jenih
sering sekali membuat gaduh dengan berteriak-teriak, memukul temannya,melempar
benda yang ada di sekitarnya, bahkan mengamuk di kelas hingga membuat siswa
yang lain ketakutan sehingga tak jarang
kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Dia sering menggedor-gedor pintu kelas,
jendela kelas dan lain-lain. Karena kelainannya ini siswa dipantau intensif
oleh guru yang sudah tahu kelemahannya.
Anak autis yang terdapat di S.Kh Madina termasuk
jenis high function. Mereka memiliki IQ yang tinggi, komunikasinya baik, akan
tetapi mereka kurang berinteraksi. Jika mereka berbicara dengan orang lain,
mereka tidak menatap muka lawan bicaranya. Dalam pembelajaran, saat memberikan
instruksi kepada siswa autis guru harus berbicara secara jelas, tegas dan
menatap mata anak tersebut.
2. Pengalaman
Pada Waktu Pengajaran Di Kelas
Pengajaran di kelas pada sekolah S.KH Madina
menggunakan pengajaran yang bersifat klasikal dengan menggunakan pendekatan
individual. Karena dalam satu kelas terdapat beberapa siswa yang memiliki
kelainan yang berbeda-beda atau biasa disebut dengan rombel (rombongan
belajar).
Di kelas tinggi, pada saat mengajar guru memberikan
materi secara umum diawal pembelajaran, selanjutnya guru meminta peserta didik
untuk menulis materi yang ada di papan tulis setelah itu guru menjelaskan
materi dengan menggunakan pendekatan individual. Sedangkan, di kelas rendah
pada saat pembelajaran guru mengajar dengan menggunakan pendekatan individual
karena setiap peserta didik mendapatkan materi yang berbeda-beda dalam satu
kelas sesuai dengan kemampuannya. Desain kelasnya berupa lesehan, anak belajar
duduk di lantai tanpa menggunakan kursi.
3. Pengalaman
Pada Waktu Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler
yang terdapat di S.Kh Madina adalah sebagai berikut:
a. Life
Skill (keterampilan)
b. Seni
tari
c. Tata
Boga
d. Seni
kriya
Ekstrakurikuler di S.KH Madina dilaksanakan seminggu
dua kali. Pada saat kami observasi tepatnya di hari kamis tanggal 27 oktober
2016, di S. Kh Madina sedang ada kegiatan tata boga membuat kue. Semua anak
kelas tinggi mengikuti acara tersebut
C.
Analisis Swat
1. Strong
(kekuatan)
a) Banyaknya
prestasi-prestasi yang diperoleh peserta didik S.Kh Madina.
b) S.Kh
Madina memprioritaskan bakat dan minat peserta didik.
c) Menjadikan
peserta didik mampu membiasakan kebiasaan baik dalam kehidupan.
d) Tenaga
pendidik S.Kh Madina merupakan lulusan Pendidikan Luar Biasa yang memiliki kompetensi
yang cukup memadai.
2. Weakness
(kelemahan)
a)
Kurangnya tenaga pendidik khusus,
contohnya tidak memiliki pendidik khusus tunanetra.
b)
Kurangnya fasilitas yang dimiliki S. Kh.
Madina, contohnya tidak ada buku huruf braile.
3. Opportunities
(peluang)
a) Fasilitas
non akademik yang tersedia di sekolah sehingga peserta didik memiliki
kesempatan meningkatkan dan mengapresiasikan hobi, minat, bakat dan kesukaannya
di sekolah.
b) Pelatihan
ekstrakurikuler rutin dilakukan 2x seminggu, peserta didik menjadikan terampil
dan inovatif dalam setiap pekerjaan.
4. Threats
(ancaman)
a)
Kurangnya tenaga pendidik khusus
sehingga akan menyebabkan menurunnya minat orangtua untuk memasukkan anaknya ke
S. Kh. Madina contohnya anak tunanetra.
b)
Kurangnya fasilitas yang dimiliki S. Kh.
Madina sehingga saat pembelajaran guru kekurangan media untuk menyampaikan
materi contohnya tidak ada buku huruf braile.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak
berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang bervariatif, dilihat dari segi
akademiknya untuk anak yang memiliki kelainan selain anak tunagrahita itu
memiliki intelegensi yang sama dengan anak normal lainnya. Akan tetapi,
stimulus yang harus diberikan oleh guru harus semenarik mungkin dan dalam
pembelajarannya juga guru dominan melakukan pendekatan individual.
Dan
jika dilihat dari segi non akademiknya tidak menuntut kemungkinan bahwa anak
yang memiliki kelainan baik itu anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa,
tunalaras, tuna grahita dan autis bisa meraih prestasi yang gemilang. Contohnya
seperti peserta didik yang ada di S. Kh. Madina mampu meraih beberapa medali
emas, perak dan juga perunggu mulai dari tingkat kota, propinsi, nasional
bahkan tingkat internasional.
B. Saran
1.
Fasilitas penunjang pembelajaran seperti
buku-buku, media pembelajaran sebaiknya dilengkapi sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
2.
Merekrut tenaga pendidik khusus untuk
anak berkelainan seperti tunanetra yang memiliki kompetensi yang memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar